Launching Pakaian Batik Khas Tulungagung Lurik Bhumi Ngrowo

Tulungagung3619 Dilihat

LensaTungagung.com – Masyarakat Kabupaten Tulungagung memadati jalan protokol di sekitaran titik 0 Km untuk menyaksikan acara “Ekrafaganza” Exotica Tulungagung Carnival yang digelar oleh Pemkab Tulungagung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Tulungagung yang bekerjasama dengan Dekranasda Kab Tulungagung.Sabtu, (21/09/2024).

Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno hadir bersama Sekda Tulungagung Tri Hariadi, Pj Ketua TP PKK Tulungagung Ny. Diana Heru Suseno, Ketua DWP Tulungagung Ny Endang Tri Hariadi serta tamu undangan lainnya menyaksikan kemeriahan Exotica Tulungagung Carnival.

Ada sekitar 82 peserta yang berasal dari kabupaten Tulungagung dan luar kabupaten mengikuti acara yang digelar dalam rangka memberikan apresiasi sekaligus memacu semangat para pelaku ekonomi kreatif yang ada di Kabupaten Tulungagung khususnya di sektor fashion untuk mengembangkan kreasinya.

Acara semakin spesial karena dalam momentum tersebut dilaksanakan pula launching pakaian batik tradisional khas Tulungagung dengan motif “Lurik Bhumi Ngrowo”.

Pj. Bupati Heru Suseno, mengatakan, sebelumnya pakaian batik khas Tulungagung Lurik Bhumi Ngrowo tersebut sudah digunakan pada event East Java Fashion Harmoni 2024 yang digelar di pantai Midodaren pada tanggal 22 Juni 2024 kemarin.

“Dan secara resmi hari ini kita launching,” ucapnya.

Heru Suseno menyebut, setelah dilaunching, pakaian batik khas Tulungagung tersebut akan dipakai oleh seluruh ASN, instansi vertikal dan beberapa instansi swasta yang telah mempersiapkan sebelumnya.

Selain itu lanjut Heru, pakaian batik khas Tulungagung Lurik Bhumi Ngrowo tersebut sudah ada Perbupnya yaitu Perbup no 17 tahun 2024, yang nantinya akan diterapkan mulai bulan depan yakni Oktober 2024.

“Hari ini sudah resmi di launching dan sudah ada Perbupnya yaitu Perbup no 17 tahun 2024, yang nantinya akan diterapkan mulai bulan depan yakni Oktober 2024.
Dimana dipakai di setiap hari Kamis pada Minggu pertama setiap bulannya ” terangnya.

Baca Juga:  Rapat Paripurna PAW Anggota DPRD dan Penetapan Ranperda APBD Tulungagung TA 2025

“Terkait pengadaan atau pembelian pakaian batik khas Tulungagung bisa melalui Dekranasda Tulungagung. Hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas,” kata Heru Suseno.

Dikatakannya, nantinya dari Dekranasda yang akan menjual dan kemudian bahannya dari para pengrajin yang telah memenuhi standart kualitas kainnya.

“Hal ini bertujuan untuk menggerakkan UMKM di Tulungagung, sekaligus upaya Pemkab Tulungagung dalam menguri-uri budaya dan sejarah Kabupaten Tulungagung,” ungkapnya.

Heru Suseno menyebut, setiap peristiwa yang memiliki makna sejarah merupakan guru terbaik yang mengajarkan bagaimana menemukan identitas sebagai
bangsa.

“Oleh karena itu, semakin lengkap pemahaman kita tentang sejarah, maka semakin dekat juga kita mengenal dan mengerti diri kita. Sebaliknya, yang buta sejarah berarti telah kehilangan identitas diri. Wong Jowo Ojo Nganti ilang Gowone, artinya orang jawa jangan sampai kehilangan jati diri sebagai orang jawa,” tuturnya.

Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno berharap agar batik khas Tulungagung ini dapat dikenal oleh masyarakat luas utamanya masyarakat Tulungagung sendiri dengan turut melestarikannya.

Adapun motif Batik Lurik Bhumi Ngrowo, mengambil inspirasi dari wilayah Tulungagung yang dahulu kala berupa rawa-rawa, maka lahirlah Motif Batik “Lurik Bhumi Ngrowo”.

Dalam motif luriknya berupa banyu mili (air mengalir) berjumlah jajar 9 lekukan, yang melambangkan aliran air yang terus mengalir menghadirkan kebaruan dan kejernihan.

Sembilan merupakan angka terakhir yang menyimbolkan penyelesaian, dan memiliki nilai tertinggi, juga mewakili puncak pengalaman dan kebijaksanaan.

Jajar 9 alur garis motif juga menyimbolkan banyaknya Desa (Thani) yang mendapat penghargaan sima (pardikan/keistimewaan) oleh Raja Kertajaya yang tertulis dalam Prasasti Lawadan. Raja Daha terakhir tersebut membuat Prasasti Lawadan pada tanggal 18 November 1205 Masehi. Dimana tanggal itu sejak tahun 2002 ditetapkan sebagai ‘Penanda Hari Jadi Kabupaten Tulungagung.

Baca Juga:  Relawan Bintang Timur Satukan Tekad Menangkan Pasangan GABAH di Pilkada Tulungagung 2024

Kemudian secara garis besar batik ini menceritakan sejarah tentang Tulungagung dengan cara mengingat kembali bahwa kita memiliki Prasasti Lawadan dan histori Daerah Ngrowo.

Pakaian khas tersebut merupakan pakaian yang mengekspresikan identitas masyarakat Tulungagung. Pakaian ini memakai bentuk khas tradisional jawa. Bagi laki-laki menggunakan atasan dengan motif Batik “Lurik Bhumi Ngrowo”, memakai Udeng Tulungagungan dan bawahan warna hitam. Bagi wanita memakai atasan bergaya kutu baru dan juga bawahan hitam.

Pakaian batik khas Tulungagung ini memadukan dua warna yaitu Hitam dan Coklat Keemasan.

Dalam budaya Jawa warna hitam mempunyai arti keberanian, kebijaksanaan, dan kesetaraan. Maka dari itu, warna hitam sering kali muncul dan mendominasi dalam berbagai jenis pakaian kebesaran, seperti pakaian kerajaan, busana pengantin, hingga pakaian batik tradisional.

Arti warna coklat secara umum adalah untuk memberikan kesan anggun, elegan dan klasik. Warna Coklat Keemasan melambangkan kestabilan, keamanan, keseimbangan, dan keakraban. Memberikan sensasi teduh kepada siapa saja yang melihatnya. Orang yang suka dengan warna coklat cenderung mempunyai sifat yang ramah.

Selanjutnya, kombinasi kedua warna ini menciptakan kontras
visual yang mencolok, menawarkan keseimbangan antara keanggunan dan kesan membumi. Sangat
mewakili ciri khas suku Jawa yang terkenal sopan, kalem, santun, ramah, sederhana dan pekerja keras. (Agus)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *